Jalan Braga adalah nama sebuah jalan utama di kota
Bandung,
Indonesia. Nama jalan ini cukup dikenal sejak masa pemerintahan
Hindia-Belanda. Sampai saat ini nama jalan tersebut tetap dipertahankan sebagai salah satu maskot dan obyek wisata kota Bandung yang dahulu dikenal sebagai
Parijs van Java.
Lingkungan
Di sisi kanan kiri Jalan Braga terdapat kompleks pertokoan yang memiliki arsitektur dan tata kota yang tetap mempertahankan ciri arsitektur lama pada masa Hindia Belanda. Tata letak pertokoan tersebut mengikuti model yang ada di Eropa sesuai dengan perkembangan kota Bandung pada masa itu (1920-1940-an) sebagai kota mode yang cukup termasyhur seperti halnya kota
Paris pada saat itu. Di antara pertokoan tersebut yang masih mempertahankan ciri arsitektur lama adalah pertokoan
Sarinah, Apotek
Kimia Farma dan
Gedung Merdeka (Gedung Asia Afrika yang dulunya adalah gedung
Societeit Concordia). Model tata letak jalan dan gedung gedung pertokoan dan perkantoran yang berada di Jalan Braga juga terlihat pada model jalan-jalan lain di sekitar Jalan Braga seperti Jalan Suniaraja (dulu dikenal sebagai
Jalan Parapatan Pompa) dan Jalan Pos Besar (
Postweg) yang dibangun oleh Gubernur Jendral
Herman Willem Daendels pada tahun 1811, di depan Gedung Merdeka.
Sejarah
Awalnya Jalan Braga adalah sebuah jalan kecil di depan pemukiman yang cukup sunyi sehingga dinamakan
Jalan Culik karena cukup rawan, juga dikenal sebagai
Jalan Pedati (
Pedatiweg) pada tahun 1900-an. Jalan Braga menjadi ramai karena banyak usahawan-usahawan terutama berkebangsaan Belanda mendirikan toko-toko, bar dan tempat hiburan di kawasan itu seperti toko
Onderling Belang. Kemudian pada dasawarsa 1920-1930-an muncul toko-toko dan
butik (
boutique) pakaian yang mengambil model di kota Paris,
Perancis yang saat itu merupakan kiblat model pakaian di dunia. Dibangunnya gedung
Societeit Concordia yang digunakan untuk pertemuan para warga Bandung khususnya kalangan
tuan-tuan hartawan,
Hotel Savoy Homann, gedung perkantoran dan lain-lain di beberapa blok di sekitar jalan ini juga meningkatkan kemasyhuran dan keramaian jalan ini.
Namun sisi buruknya adalah munculnya hiburan-hiburan malam dan kawasan lampu merah (kawasan remang-remang) di kawasan ini yang membuat Jalan Braga sangat dikenal turis. Dari sinilah istilah kota Bandung sebagai kota kembang mulai dikenal. Sehingga perhimpunan masyarakat warga Bandung saat itu membuat selebaran dan pengumuman agar "Para Tuan-tuan Turis sebaiknya tidak mengunjungi Bandung apabila tidak membawa istri atau meninggalkan istri di rumah".
Di beberapa daerah dan kota-kota yang berdiri serta berkembang pada masa Hindia Belanda, juga dikenal nama jalan-jalan yang dikenal seperti halnya Jalan Braga di Bandung seperti
Jalan Kayoetangan di kota
Malang yang juga cukup termasyhur dikalangan para Turis terutama dari negeri
Belanda juga
Jalan Malioboro di
Yogyakarta dan beberapa ruas jalan di
Jakarta. Namun sayangnya nama asli jalan ini tidak dipertahankan atau diubah dari nama sebelumnya yang dianggap populer seperti halnya Jalan Kayoetangan di kota Malang diganti menjadi Jalan Basuki Rahmat.
4 comments:
Halo pak Deni..salam kenal dari saya, Ossie dari MBK Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
Saya sebagai pendatang di kota Bandung, sangat mengagumi keunikan yang ada di jalan Braga.
Karena bangunan-bangunan yang ada sangat mencirikan negara Belanda, yang masih kokoh sampai sekarang.
Tapi sayangnya yah, saya lihat dibeberapa toko sudah mulai untuk mendekor ulang ataupun membangun bangunan dengan konsep minimalis ataupun modern.
Itu sangat disayangkan menurut saya,karena dari peninggalan-peniggalan tersebut justru yang menjadi daya tarik untuk para turis, baik domestik maupun mancanegara.
Dan saya pernah mendengar, dulu daerah braga ini tidak diperbolehkan dilewati kendaraan.Tapi untuk sekarang itu tidak diberlakukan lagi, saya kurang tahu alasannya tetapi alangkah baiknya kalau peraturan tersebut diberlakukan lagi.
Karena cukup unik para turis menikmati bangunan-bangunan tua dengan berjalan kaki.
Saya mohon maaf kalau salah-salah kata, dan terima kasih yah pak deni....
haloo pak Deni saya juga setuju Braga merupakan salah satu pusat heritage di Bandung, hanya saja beberapa bangunannya sampai saat ini belum mengalami pembaharuan sehingga terkesan kumuh atau sedikit seraaaam menurut saya :p ,, dan sayangnya bangunan yang sudah mengalami pembaharuan malah melupakan ciri khas arsitek jaman Hindia Belandanya,
Mungkin harapan saya kedepannya, Braga memiliki venue khusus untuk menyelenggarakan kegiatan konvensi yang tentu saja kental dengan bangunan heritage nya sehinnga dapat menjadi nuansa baru bagi pelaku bisnis mice.
Sekian komentar dari saya, terima kasih pak Deni :)
Ossie & Neetha,
Terima kasih untuk telaah arsitektural atas jalan Braga yang sudah kalian sampaikan dari perspektif MICE. Saya suka pada "kepekaan" orang-orang muda seperti ini.
Jalan Braga memang meyimpan banyak sejarah yang boleh disebut fundamental bagi keberadaan kota Bandung sendiri sejak ratusan tahun lalu. Sebutan Paris van Java untuk Bandng misalnya, tidak demikian saja lahir dan menjadi populer di daratan Eropa pada masa kolonial dulu kalau bukan karena - salahsatu penyebabnya - jalan Braga ini.
Tentang ini, jika memang tertarik cobalah cari literaturnya melalui googling di internet. Siapa tahu, satu hari nanti kita bisa duduk bareng untuk ngobrol perihal jalan braga?
Salam,
DD
foto di atas bukan jalan braga
Posting Komentar