Di tengah suasana mendung dunia usaha akibat dampak krisis perekonomian global, ada embusan angin segar dari industri pariwisata kita. Diproyeksikan, industri pariwisata kita akan bisa meraup sedikitnya Rp 600 miliar pada 2009.
Pendapatan sebesar itu bersumber dari kedatangan jenis wisatawan pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (meeting, incentive, convention, and exhibition/ MICE).
Menurut perhitungan Panca Rudolf Sarungu, salah seorang praktisi industri wisata MICE, perusahaan-perusahaan besar bisa menghabiskan dana sekitar Rp 500 juta-Rp 1 miliar per bulan untuk biaya perjalanan dan aktivitas di luar kota, seperti rapat dan transaksi bisnis (Kompas Jabar, Senin, 1/12/2008).
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bersama pelaku bisnis pariwisata dan pemangku kepentingan di sektor pariwisata telah sepakat melanjutkan program Visit Indonesia Year pada 2009 dengan lebih memfokuskan sasarannya pada wisata MICE dan bahari.
Boleh jadi wisata MICE ini dipilih menjadi salah satu fokus Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan melihat kenyataan bahwa profil wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia selama ini ternyata lebih dari 40 persen bertujuan untuk kepentingan MICE.
Selain itu, MICE dipilih agaknya juga karena jenis wisata ini tampaknya tidak sensitif terhadap isu-isu yang mengganggu pariwisata pada umumnya, semisal isu keamanan dan terorisme mengingat hampir sebagian besar wisatawan MICE harus datang ke Indonesia lantaran mengemban tugas dari institusi tempat mereka bekerja.
Lewat program wisata MICE dan bahari ini, Indonesia ditargetkan akan meraih sedikitnya delapan juta kunjungan wisata sepanjang 2009.
Cepat
Dalam kancah industri pariwisata global, sebegitu jauh MICE merupakan salah satu jenis wisata yang perkembangannya memang sangat cepat sehingga menelurkan kemajuan dan keuntungan mengagumkan bagi bisnis pariwisata di banyak kota dan negara.
Salah satu kota/negara yang terbilang sukses dalam mengelola dan mengembangkan wisata MICE ini adalah Singapura. Menurut International Congress and Convention Association, saat ini Singapura menempati peringkat kedua sebagai kota/negara yang paling banyak menyedot wisatawan MICE setelah Wina, Austria.
Dewasa ini guna lebih menggenjot industri wisata MICE-nya, Singapura sedang menyelesaikan pembangunan dua megaresor bernilai 350 miliar dollar AS yang dijadwalkan rampung akhir 2009.
Peluang Bandung
Dibandingkan dengan jenis wisata lainnya, MICE memang menyumbang pemasukan yang relatif lebih besar. Wisata MICE umumnya menghasilkan pemasukan enam kali lipat lebih besar dibandingkan dengan jenis wisata lainnya. Hal ini karena wisatawan MICE, selain jumlahnya cukup besar, tingkat pengeluaran uang mereka pun sangat besar pula.
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Bandung sesungguhnya memiliki peluang terbuka dalam mengembangkan wisata MICE ini. Hanya saja, peluang terbuka itu akan tidak berarti apa-apa bagi industri pariwisata di Bandung tanpa diimbangi dengan sejumlah langkah strategis menangkap potensi besar industri wisata MICE dewasa ini.
Faktanya, selama ini jika ada konferensi besar antarnegara yang dilangsungkan di Indonesia, hanya ada dua kota yang kerap menjadi tuan rumah, yakni Jakarta dan Denpasar, Bali. Kota Bandung sama sekali hampir tidak dilirik. Akibatnya, Bandung belum menjadi pemain utama dalam industri wisata MICE. Padahal, kota yang dulu berjuluk Paris-nya Jawa ini memiliki sejarah dan budaya khas yang bisa ditawarkan dan menjadi daya tarik kuat bagi industri wisata MICE.
Salah satu persoalan utama yang dihadapi Bandung dalam mengembangkan wisata MICE ini adalah karena hingga kini ibu kota Povinsi Jawa Barat itu sama sekali belum memiliki gedung pertemuan dan pameran (convention center) yang representatif dan berskala internasional.
Padahal, salah satu faktor penting guna mengembangkan dan memajukan industri wisata MICE adalah adanya convention center yang representatif dan bertaraf internasional.
Tentu saja, di samping perlunya keberadaan convention center yang representatif dan berkelas internasional, sejumlah aspek pendukung lainnya pun tidak kalah pentingnya untuk diupayakan dalam pengembangan wisata MICE ini. Aspek-aspek pendukung itu antara lain:
Pertama, menjalin dan meningkatkan kerja sama regional dan internasional bagi pengembangan MICE, yang dibarengi dengan terciptanya koordinasi yang baik pada tingkat pemerintahan, sektor industri pariwisata, dan pemangku kepentingan lainnya.
Kedua, adanya program-program training dan retraining secara rutin dan sinambung bagi pekerja sektor pariwisata untuk lebih menaikkan profesionalisme dan pelayanan.
Ketiga, meningkatkan fasilitas fisik dan teknis, semisal infrastruktur, sistem telekomunikasi, hotel dan resor, transportasi, dan meningkatkan sistem perbankan dan keuangan yang diiringi dengan pengembangan sistem pemasaran dan promosi yang tepat sasaran.
Yang juga tidak kalah penting adalah keberadaan biro konvensi yang andal. Biro semacam ini sangat dibutuhkan untuk menyediakan segala informasi yang diperlukan oleh organizer MICE atau siapa saja yang nantinya berniat menggelar berbagai event MICE di Bandung.
DJOKO SUBINARTO Penulis Lepas; Staf Pengajar Universitas ARS Internasional, Bandung
Arsip
KOMPAS Online
| Kamis, 8 Januari 2009 | 16:41 WIB
5 comments:
saya mahasiswa UPI..
klo bisa dan anda memiliki waktu..saya ingin berkonsultasi untuk topik MICE yang saya ambil dalam skripsi saya.. ^^
terimakasih..
Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga
kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
keep update!model mobil
Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
keep update!Harga Toyota Agya bekas
terima kasih atas informasinya..
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua :) Anang Hermansyah
Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
keep update!Harga Daihatsu Xenia 2014
Posting Komentar