Featured Posts

Successful EntrepreneursSuccessful Entrepreneurs Regardless of your definition of success, there are, oddly enough, a great number of common characteristics that are shared by successful...

Readmore

Young EntrepreneurYoung Entrepreneur I write Entrepreneur.com ‘s Young Entrepreneur column because I believe there are far too few resources directly addressing the ...

Readmore

Keys To SuccessKeys To Success Success is everybody’s dream. But what is the key to success? How can you be successful? In my post about defining successful people, I wrote that ...

Readmore

10 Point Ethics Checklist10 Point Ethics Checklist I personally believe that it firmly supports the role of Ethics in a person's long term business success. Read my post on The Speed of Trust - Personal Ethics for a ...

Readmore

Defining EntrepreneurshipDefining Entrepreneurship There has been a great deal of attention paid to the subject of entrepreneurship over the past few years, stemming primarily from the discovery by ...

Readmore

MICE, Masa Depan Pariwisata Indonesia

MICE menjadi tren dunia. Di Indonesia tren ini lebih dipusatkan di Bali tepatnya di Nusa Dua, yang seringkali menjadi tuan rumah konferensi internasional. Meskipun demikinan, ada juga beberapa kota lainnya yang dijadikan prioritas untuk menggelar suatu event seperti Batam dan Manado, kota dimana baru saja diselenggarakannya konferensi laut dunia. Dengan keberagaman pemandangan alam dan budayanya, Indonesia mampu menjadi magnet yang memikat bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan, yang lebih dikenal dengan istilah incentive.

Tren lainnya dalam industri MICE untuk wilayah Asia adalah banyaknya tempat perjudian casino, misalnya Makau. Hal ini ikut membuktikan bahwa suatu perjalanan dinas dapat sekaligus dikaitkan dengan kesenangan. Singapura sendiri dalam waktu dekat ini akan membuka komplek perjudian casino dengan pelbagai fasilitas penunjangnya. Tempat serupa dapat juga ditemukan di Malaysia.

Di Indonesia sendiri Batam telah dilegalisasi sebagai kota yang menyediakan permainan ketangkasan dan mampu menjaring wisatawan asing dari Singapura. Sebenarnya di Jakarta pada era 1960an sudah pernah ada permainan sejenis Casino yakni di Sarinah dan di Ancol. Permainan ketangkasan yang dikontrol oleh pemerintah seperti ini bisa memberikan efek positif bagi perkembangan industri MICE, yang justru tidak terpengaruh oleh krisis global keuangan. Hal tersebut tampak nyata dengan jarangnya pameran dan pertemuan yang dibatalkan. The show must go on! Pameran memang merupakan instrumen pemasaran yang penting yang tidak bisa dilepaskan pada saat krisis.

Menteri Pariwisata Jero Wacik menjelaskan kepada “Voice of Indonesia”: “Industri MICE kebal terhadap gangguan-gangguan dan jarang sekali terpengaruh dengan kenaikan harga minyak.” Maka, pariwisata MICE dapat menjadi alternatif yang menjanjikan, bilamana pariwisata biasa anjlok karena resesi atau ancaman teror. Jakarta Convention Centre (JCC) dan Jakarta International Expo (JI Expo) pada kenyataannya justru melihat sinyal positif pada kalendar agendanya dalam beberapa tahun ke depan. Sebagai contoh pameran tahunan Pekan Raya Jakarta yang mampu menunjukkan kenaikan jumlah pengunjung sebesar 13% dibanding tahun lalu. Sekitar 3,4 juta orang mengunjungi pameran retail tersebut. Angka transaksi meningkat hingga sekitar 19% dengan nilai Rp. 2,5 Triliun (sekitar 172 juta Euro).


JI Expo memiliki lahan pameran sekitar 100.000 m2 yang terbagi ke dalam 5 gedung dan lahan-lahan outdoor yang memadai untuk pameran berkelas internasional. Selain provinsi DKI Jakarta, provinsi Sulawesi Utara juga telah mengambil tindakan untuk memperbaiki infrastruktur untuk melancarkan Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado pada bulan Mei 2009 lalu. Bandara Sam Ratulangi direnovasi, gedung kongres Kawanua dibangun dan jalan penghubung antara bandara dan hotel Grand Kawanua City diperluas hingga 7,7 km. Sebagian pendapatan diperoleh dari investor perseorangan. Indroyono Soesilo, sekretaris Komite Nasional WOC dalam konferensi persnya menjelaskan bahwa “jumlah investasi perseorangan di bidang konferensi hampir mencapai Rp. 1,5 triliun”. Ini menunjukkan efek multiplikator yang dimiliki MICE. Usaha wisata bisnis juga mampu membawa keuntungan di beberapa bidang lainnya seperti konstruksi, hotel, usaha kuliner, penyediaan transportasi dan sejenisnya. Peserta yang datang sudah barang tentu nantinya akan membawa devisa bagi negara. Secara umum, menurut Ralph Scheunemann dari JI Expo, volume transaksi yang terjadi di sekitar sebuah pameran dapat meraih keuntungan enam hingga tujuh kali lipat dari pameran itu sendiri. Satu studi yang dilakukan oleh Messe München membuktikan bahwa industri ini mampu meningkatkan efek-efek positif seperti pada peningkatan produksi, bursa tenaga kerja dan pendapatan pajak suatu daerah nantinya.

Direktorat MICE, Pelayan bagi industri pameran dan pertemuan
Indonesia menyadari potensi MICE dan sedang berupaya untuk memaksimalkan potensi di bidang yang sedang booming ini. Indonesia berharap mampu bersaing dengan beberapa negara besar penyelenggara pusat pameran dan pertemuan di Asia seperti Singapura, Hongkong, Makau dan Thailand. Karena itulah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mendirikan Direktorat MICE sejak dua tahun lalu. MICE tergabung di dalam Direktorat Umum Pemasaran dan berupaya mendorong dan mempromosikan pariwisata bisnis di Indonesia. Hingga kini negara kepulauan ini memiliki 33 event internasional dan berada dalam urutan ke-11 di wilayah Asia di bawah Singapura, Thailand dan Hongkong yang menempati posisi 5, 6 dan 10. Jepang berada di peringkat teratas pada tahun 2008 dengan 247 event.



2003
2004
2005
2006
2007
2008
1
Japan
189
180
197
194
215
247
2
China
76
202
203
189
195
223
3
Australia
163
179
184
200
194
182
4
Singapore
85
132
124
141
120
169
5
Malaysia
64
86
58
97
92
87
6
Thailand
91
101
93
84
92
95
7
Hong Kong
41
89
98
66
72
66
8
Indonesia
24
26
38
31
36
33
9
Philippines
34
23
30
38
26
35
10
Vietnam
16
19
25
19
26
22
11
Macao
5
2
6
12
11
16

Direktorat MICE akan berperan sebagai negosiator hingga ke mancanegara, berperan aktif dalam pelbagai informasi internasional dan mempromosikan Indonesia secara intensif pada pameran-pameran di pelbagai tempat, misalnya pada konferensi iklim dunia di Bali. Direktorat ini juga menyediakan beberapa layanan bantuan lainnya seperti berperan sebagai mediator dengan kontak-kontak lainnya, mengelola kedatangan tamu, program pendampingan, perjalanan bagi peserta kongres, mengemas program budaya bahkan hingga pengadaan suvenir. Direktorat ini juga menyediakan sebuah Help Desk pada beberapa acara dan bertindak sebagai koordinator dengan instansi pemerintah yang terkait.

Meskipun demikian ada beberapa kendala dalam pelaksanaanya, seperti permohonan visa bagi peserta pameran dan pertemuan mancanegara. Saat ini baru sebelas negara saja yang mendapatkan kebebasan visa. Sedangkan peserta asing lainnya harus mengurus visa untuk masuk ke Indonesia. Hongkong sendiri misalnya telah memberikan kebebasan visa bagi 170 negara. Visa-free policy seperti ini telah direncanakan di Depbudpar, tetapi sampai sekarang mengalami penolakan dari pihak imigrasi.

Dibutuhkan koordinasi dan dukungan
Penyelenggara MICE kerap kecewa a
tas minimnya koordinasi dan tanggungajawab yang diberikan, sehingga mengganggu kelancaran bisnis sehari-hari mereka. Industri pameran merupakan tanggungjawab Departemen Perdagangan, sedangkan pertemuan, perjalanan incentive dan kongres menjadi tanggungjawab Depbudpar. Departemen Perdagangan bekerjasama dengan Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia ASPERAPI, sedangkan Depbudpar bekerjasama dengan INCCA (Indonesian Congress and Convention Association).


Peraturan perundang-undangan sepertinya tidak mendukung industri MICE. Ekspor-impor perlengkapan pameran misalnya membutuhkan ijin yang rumit untuk didapatkan dan adanya beban peraturan pajak. “Pemerintah mendukung kami, namun belum 100% penuh. Kami dapat dibantu dengan kemudahan ijin misalnya“, demikian ditegaskan Edwin Sulaeman dan Yogi Wirawan dari JCC.


Menteri Pariwisata Jero Wacik ingin mempromosikan sektor ini secara lebih intensif lagi dan lebih mengembangkan potensi-potensi Indonesia di bidang MICE. Untuk tujuan tersebut, infrastruktur seperti bandara, gedung kongres dan hotel-hotel harus ditingkatkan. Karena fasilitas yang tersedia dengan lahan berkapasitas hingga maksimal 4,000 m2 tidak memadai untuk acara-acara bertaraf internasional. Menurut JCC, industri ini mengalami kemunduran sejak tahun 1990an, di mana pada saat itu Indonesia memiliki lahan terbesar di Asia Tenggara.


Untuk itu perlu adanya kebijakan yang mendukung industri MICE dan memajukan investasi, sehingga perlengkapan dan infrastruktur yang tersedia dan juga ketrampilan individu dapat ditingkatkan. Citra sebagai penyedia jasa yang baik akan menjadi aspek yang akan dipilh dalam menentukan tempat pertemuan. Perusahaan seperti JCC dan JI Expo bekerjasama erat dengan beberapa hotel dan mendukung pelanggannya dengan organisasi yang lancar. Standar keterampilan menurut Ralph Scheunemann sudah mencukupi. Begitu juga dengan adanya jenjang pendidikan S1 yang diadakan di Universitas Indonesia.


Tuntutan selanjutnya bagi industri MICE adalah adanya dukungan kepada pemerintah lokal. Misalnya pada proyek-proyek yang memerlukan biaya besar, Direktorat MICE berupaya untuk menanggung beban biaya melalui Co-Sponsoring atau Co-Marketing bersama pemerintah lokal, jelas Wakil Direktur Martini Paham. Hal ini pernah terjadi pada perhelatan Konferensi Iklim Dunia di Manado bulan Mei 2009 lalu misalnya.


Kerjasama dengan maskapai penerbangan juga masih dipertimbangkan. Di Malaysia contohnya sudah menyediakan layanan one-stop shopping. Malaysia Airlines telah mengemas satu paket yang terdiri dari penerbangan, akomodasi dan beberapa layanan penting lainnya. Berita peledakan bom tidak mempengaruhi usaha MICE Aksi teror yang terjadi di hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott pada tanggal 17 Juli 2009 lalu ternyata hanya membawa sedikit sekali efek bagi usaha MICE. Merujuk pernyataan dari JCC, JI Expo dan PAMERINDO serta direktorat MICE bahwa tidak ada pembatalan yang berarti sampai saat ini. Seperti terlihat pada peserta pameran dari Australia, New Zealand dan beberapa negara lainnya, yang meskipun pemerintahnya telah mengeluarkan larangan perjalanan ke Indonesia pasca ledakan, tapi mereka tetap tidak membatalkan keiikutsertaannya. Bagaimanapun juga Indonesia harus mampu mengambil tindakan-tindakan keamanan agar bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan ke Indonesia tidak perlu merasa ragu lagi. Melalui pembangunan infrastruktur dan peningkatan mutu kompetensi dalam hal manajemen event yang terus menerus, Indonesia akan mampu meningkatkan pangsa pasarnya di bidang pariwisata yang kian menjanjikan ini. Efek-efek multiplikator yang terkait akan menjadi stimulus yang baik bagi pasar Indonesia dan meningkatkan pendapatan rakyat Indonesia nantinya.



0 comments:

Posting Komentar