Sektor usaha yang dikategorikan dalam pameran industri yakni pameran dari sektor pertambangan, tekstil dan garmen, mesin, otomotif, transportasi, dan agroindustri.
Adapun, jenis pameran lainnya yakni pameran properti (termasuk mebel, kerajinan, dan desain interior), pameran edukasi (termasuk teknologi informasi dan elektronik), pameran multiproduk, dan pameran lainnya.
Sejak awal tahun hingga saat ini, jenis pameran industri merupakan yang paling banyak digelar yakni mencapai 75 pameran dari total 204 acara pameran yang telah digelar.
Herman Wiriadipoera, Direktur PT Napindo Media Ashatama, perusahaan penyelenggara acara (event organizer), menyebutkan peningkatan volume kegiatan pameran industri dipicu oleh semakin tingginya minat perusahaan multinasional dari berbagai negara untuk meningkatkan nilai investasi mereka di Indonesia.
"Kami yakin apabila pemerintah tetap bersungguh-sungguh menetapkan berbagai kebijakan yang positif bagi pertumbuhan dan perkembangan industri, maka pertumbuhan sektor tersebut di Indonesia pun akan semakin berkembang," katanya dalam seminar bertajuk MICE Outlook 2010, kemarin.
Dia menuturkan bisnis pertemuan, insentif, konferensi, dan pameran (MICE) di Indonesia terus meningkat, terbukti dari jumlah pameran dagang yang diselenggarakan oleh anggota Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) cenderung meningkat.
Pada 2004 tercatat sebanyak 152 pameran dagang dilakukan di Indonesia. Jumlah tersebut naik menjadi 242 pameran pada 2005. Kendati sempat turun menjadi 238 pameran pada 2006, jumlah pameran dagang yang digelar kembali naik menjadi 246 pameran pada 2007 dan 304 pameran dagang pada tahun lalu.
Dukungan pemerintah
Herman menyebutkan industri pameran memainkan peranan strategis untuk merangsang perkembangan ekonomi nasional dan juga membuka peluang investasi, serta mempromosikan produksi dalam negeri ke mancanegara.
Oleh sebab itu dia berharap pemerintah memberikan dukungan kepada industri tersebut, sehingga dapat bersaing dengan penyelenggara pameran dari negara lain di kawasan Asia seperti Singapura, Hong Kong, dan Thailand.
"Pada 2007, Indonesia berada di posisi kedelapan di wilayah Asia dalam hal jumlah acara bertaraf internasional yang diselenggarakan," katanya.
Menurut Herman, Indonesia seharusnya mampu berada di posisi lima besar.
Dalam kesempatan itu, Direktur MICE Ditjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) Nia Niscaya menyebutkan yang menjadi kendala utama dari bisnis MICE adalah masalah keamanan, harga, dan aksesibilitas, sehingga dibutuhkan kerja sama semua pihak.
Nia menambahkan bisnis MICE di sejumlah negara dikelola khusus oleh satu lembaga yang biasanya bernama convention bureau (biro konvensi).
"Banyak contoh negara-negara yang memiliki biro khusus konvensi, seperti Austria, Norwegia, dan Belanda. Hal serupa bisa juga dibentuk di Indonesia untuk wilayah provinsi atau kota-kota utama MICE seperti Surabaya, Medan, Batam, Manado, Solo, dan Yogyakarta," katanya.
Oleh R. Fitriana
Bisnis Indonesia
0 comments:
Posting Komentar