"Memang sudah mendesak penerapan green tourism bagi destination di setiap negara. Jika tidak menerapkan, negara itu bisa dihindari oleh wisatawan mancanegara (wisman) yang melakukan leasure. Mengingat, kini isu masalah lingkungan sudah mendunia," ungkap Direktur Konvensi, Insentif dan Pameran Kementerian Budaya dan Pariwisata (Kemenbudpar), Nia Niscaya, kepada kabarbisnis.com di Jakarta, Sabtu (20/3/2010)
Dijelaskan, selera dan tuntutan wisman selalu berubah dari waktu ke waktu secara cepat. Semua itu bisa terjadi secara alami, namun bisa juga karena perkembangan pasar yang cepat berubah. Dan kini green tourism menjadi isu sentral dunia, seiring santernya isu pemanasan global. Sehingga, wajib diikuti dan dijalankan pemerintah serta pelaku dunia usaha wisata, termasuk wisata MICE pada tahun-tahun mendatang.
Nia mengungkapkan kini konvensi dan kongres tingkat internasional, sudah meminimalkan penggunaan kertas, tinta, penghematan listrik, paperlessyang menggunakan alat Spotme, serta mengalihkan ke produk teknologi informasi (TI) yang ramah lingkungan, sebagai upaya mendukung pengembangan green tourism di bidang wisata MICE.
"Kami terus mendesak event organizer, hotel, exhibitions hall, convention center di Indonesia hendaknya mulai kini menerapkan green tourism," tuturnya.
Dia mengatakan, tren yang berkembang sekarang sudah mengarah ke green tourism. "Sehingga ke depan, konvensi-konvensi tingkat nasional sangat mungkin juga mengikuti konsep green tourism,” paparnya.
Nia menambahkan, semula konsep green tourism secara tradisional menekankan pada perlindungan lingkungan, tapi kini istilah itu berkembang tidak hanya pada perlindungan fisik, melainkan harus green dari segi sosial, budaya, dan lingkungan fisik. kbc10
Sumber: Kabar Bisnis
0 comments:
Posting Komentar